sh.st/tVdGD sh.st/tCXMj Raja Ampat, Wisata Mahal yang membayar dengan Lengkap

Raja Ampat, Wisata Mahal yang membayar dengan Lengkap

Raja Ampat, Dalam beberapa tahun terakhir, turis dari mancanegara tidak hanya membicarakan Bali sebagai destinasi wisata di Indonesia. Para wisatawan kini rela jauh-jauh membayar mahal pergi ke sisi timur tanah air, ke kepulauan Raja Ampat. Wahana apa gerangan yang disajikan kepulauan ini? Lengkap.

Raja Ampat adalah pecahan kabupaten Sorong sejak 2003. Kabupaten berpenduduk 90 ribu orang ini memiliki 1844 pulau, merujuk pada Survei Bakosurtanal pada tahun 2011. Kepulauan ini terletak di barat laut kepala burung Pulau Papua dan memiliki empat pulau besar yakni Misol, Salawati, Bantata dan Waigeo.

Di tahun 2011, jumlah wisatawan yang datang ke Raja Ampat sebanyak sekitar 8400 orang. Dari jumlah itu 8000 di antaranya, merupakan wisatawan mancanegara yang kebanyakan dari benua Eropa, Amerika dan Asia, sedangkan sisanya pelancong tanah air. Maklum, untuk ke Raja Ampat wisatawan harus merogoh kocek dalam-dalam dengan kisaran 20-30 juta rupiah.

Besaran angka rupiah jelas terhitung mahal. Bagi yang belum pernah ke kepulauan hasil pemekaran dari Kabupaten Sorong pada tahun 2003 ini, jelas bertanya-tanya, sepadankah uang yang dikeluarkan dengan pesona alam yang ditawarkan? Izinkan detikcom mewakili mereka-mereka yang pernah ke Raja Ampat. Sepadan.

Raja Ampat menawarkan paket wisata yang lengkap yang mengedepankan pada aspek keanekaragaman hayati baik di dalam laut maupun di atas laut dengan pemandangan yang begitu memikat. Wilayah ini memiliki keanekaragaman hayati yang terlengkap di dunia.

Untuk wahana bawah air, wilayah ini memiliki 553 jenis koral yang merupakan yang terbanyak seantero jagad dengan presentase 70 persen dari yang ada di bumi. Selain itu, wilayah perairan Raja Ampat juga memiliki 1432 jenis ikan, 699 moluska, 16 jenis ikan mamalia serta satu jenis dugong.

"Itu yang membuat keanekaragaman hayati Raja Ampat terbaik di dunia," tutur Kepala Dinas Pariwisata Raja Ampat Yusdi Lamatenggo di kepulauan Wayag, salah satu destinasi wisata di Raja Ampat.

Lengkapnya keanekaragaman hayati di atas membuat perairan Raja Ampat menjadi 'surga' bagi diver ataupun snorkler. Cantiknya warna koral atau terumbu karang di bawah air, bahkan bisa disaksikan dari atas kapal yang melintas di permukaan.

Belum lagi Raja Ampat merupakan wilayah yang menjadi perlintasan ikan paus karena lokasinya yang berada di bibir samudra pasifik. "Rombongan paus melintas ke sini pada periode Juni-Oktober," tutur Yusdi sambil menunjuk laut Raja Ampat yang menghadap samudera pasifik.

Selain itu, Raja Ampat juga memiliki sejumlah spesies bawah laut yang masuk dalam kategori langka di antaranya adalah hiu karpet, dan walking shark atau hiu berjalan.

"Hiu berjalan ini unik. Dia seringnya berjalan dengan sirip, bukan berenang seperti ikan lain," ujar Yusdi yang sudah pernah menyaksikan langsung walking shark di perairan Raja Ampat.

Itu untuk wisata bawah air. Membicarakan Raja Ampat memang tidak ada habisnya karena untuk wilayah di atas permukaan, wilayah ini juga menyajikan wahana yang tak kalah memikat.

Gugusan pulau-pulau yang dikenal dengan sebutan the four king ini memiliki formasi karst (batu kapur) yang tiada duanya dipadu dengan kehadiran buruk-buruk langka seperti Cenderawasih Merah, Cenderawasih Wilson, serta Maleo Waego.

"Coba daerah mana yang memiliki keindahan lengkap seperti di sini. Di bawah air bagus, di atasnya tak kalah indah," tukas Yusdi sembari tersenyum.

Seperti pemandangan yang detikcom dan rombongan wartawan lain temui di kepulauan Wayag Sabtu (2/6/2012). Formasi karst dengan berbagai ukuran dan bentuk tersebar dan dipisahkan oleh perairan yang bening.

Melaju dengan kecepatan sedang menggunakan perahu boat milik warga setempat, kami menembus celah-celah batuan karst yang besarnya seperti pulau-pulau kecil. Begitu menjulurkan pandangan ke bawah menembus beningnya air, kami dapat melihat koral dan karang dengan dominasi warna biru dan hijau.

Mirip seperti di Film the beach yang dibintangi oleh Leonardo di Caprio dengan mengambil seting di Thailand. Tapi kami serombongan kompak mengatakan, apa yang kami temui di Raja Ampat lebih indah dari apa yang ada di film itu.

Bayangkan saja, susunan formasi karst yang begitu mempesona itu dipadu dengan keindahan bawah laut yang memikat. Perpaduan inilah yang ditawarkan Raja Ampat.

Tapi itu baru sebatas pemandangan seporadis karena kami hanya bisa melihat satu demi satu pulau-pulau kapur beserta perairan indah yang memisahkan mereka.

Kami akhirnya memutuskan untuk menepi di salah satu pulau kapur dan memanjat ke atas. Tak mudah untuk mencapai puncak pulau itu.

Dengan ketinggian 174 meter, pulau yang bentuknya seperti tumpeng ini memiliki tingkat kecuraman kurang lebih 85 derajat dan cukup licin.

Setelah memanjat layaknya spiderman selama 40 menit, akhirnya kita sampai juga di puncak pulau kapur ini. Its worth to climb. Rentetan kalimat keluhan ketika memanjat, berhenti seketika menjelma menjadi perasaan riang tiada dua.

Bagaimana tidak, dengan sekali memandang kami dapat melihat rentetan pulau kapur di antara perairan bening yang memancarkan warna hijau karang. Di sisi yang lain kami dapat memandang tembok-tembok karst yang membentengi sekakigus menjadi pembatas 'kepuluan surga' ini dengan samudra pasifik.

Sayangnya keindahan di Kepulauan Wayag Raja Ampat itu tidak didukung warna langit di hari itu. Cuaca kebetulan mendung disertai hujan gerimis.

Sekitar setengah jam di puncak bukit, kami lantas kembali turun ke bawah. Perjalanan ke bawah ternyata jauh lebih sulit karena kemiringan bukit kapur yang begitu ekstrim. Sesampainya di pinggir bukit kapur, kami menyempatkan diri mencebur dan mencicipi beningnya perairan yang disempurnakan warna indah karang di bawahnya.

Taburan pasir putih bersih di setiap pulau kapur di depan kami seolah melambai agar kami mendekat ke sana. Sayangnya kami tidak bisa berlama-lama. Salah seorang warga setempat mengatakan di perairan itu ada ikan pari yang beracun. Sementara kami mencebur tanpa persiapan dengan hanya bertelanjang kaki.

Kami memutuskan untuk kembali ke atas perahu dan merapat ke KRI Banjarmasin -- tempat kami para wartawan menginap selama mengikuti Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) Expo 2012 dengan tema Jelajah Raja Ampat-- yang parkir di depan gerbang masuk kepulauan Wayag.

Edon, salah seorang penduduk setempat menuturkan dia pernah memandu turis Malaysia yang datang ke Raja Ampat. Begitu sang turis muncul di permukaan setelah selesai menyelam di perairan Wayag, dia bilang "Ini surga yang jatuh ke bumi."

Well, jika Anda sudah pernah melihat sendiri Raja Ampat, celetukan spontan sang turis dari negeri Jiran itu kiranya tidak akan terasa berlebihan. ( Link )
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...